Subscribe

Statistik Pengunjung

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Minggu, 02 November 2008

Semalam Bersama “Novi” (2)

Ke Salon Plus

edisi: Minggu, 02 November 2008

SETELAH mata sedikit memerah, sekitar pukul 23.10 WIB Tim Investigasi ditemani Novi (23) pulang dengan sepeda motor menyisiri jalan Ketapang, Pangkalbalam. Dinginnya angin malam dihangatkan oleh pelukan erat Novi.

Ia mengajak Tim singgah sebentar di sebuah salon. Rupanya Novi hendak mengambil sandalnya yang tertinggal. Salon Mania (bukan nama sebenarnya) tempat mangkalnya Novi. Ketika membuka pintu salon, Tim terperangah karena bukan aksi gunting-menggunting rambut tetapi pijat-pijatan. Apalagi itu berlangsung malam hari. Tim coba menelusuri kamar-kamar Salon, sesekali terdengar suara dari bilik kamar yang hanya ditutup selembar kain. Kelihatannya bukan hanya sepasang tetapi beberapa pasang, karena ada beberapa sepeda motor diparkir di pendopo salon.

“Novi, ajak kawanmu pijit lah, masih ada siko (satu) kamar yang kosong,” pinta Elsy (bukan nama sebenarnya), teman Novi, karyawan Salon.


“Abang, kita pijit yo.....nggak enak sama kawan,” pinta Novi.
Di dalam kamar ukuran sekitar 3x4, dan hanya disekat triplek, ditutup selembar kain, Tim mendapat pijatan Novi.

Kepada Tim, Novi menjelaskan tarif satu jam pijat Rp 50.000, sedangkan tips untuk pemijat tergantung pelanggan. Dari Rp 50.000 itu mereka diberi fee Rp 10.000. Novi mengaku sering mangkal di Salon Mania. Selain pijat, kamar-kamar salon itu sering juga melayani transaksi seksual. Biaya sotem kamar Rp 100.000, sedangkan tarif ceweknya berkisar antara Rp 200.000-Rp 300.000.

Suasana semakin malam, dingin kian menusuk, Tim mengajak Novi ke hotel yang sudah dibbooking. Konsentrasi Tim mengendarai motor malam itu terganggu sehingga hampir saja tertabrak motor lain.

Ketika hendak berbelok ke arah simpang Hotel, Novi meminta dibelikan rokok. Saat itu malam kian pekat, semua toko sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, daerah sekitar Lapangan Merdeka, sudah tutup. Lalu lalang motor dan mobil mulai berkurang. Yang ada hanya beberapa warung kecil menjajakan bensin, rokok, makanan ringan serta kebutuhan lainnya. Pantauan Tim, jam operasi warung-warung tersebut hanya malam hari.

Ditengah jalan, Novi mencubit paha Tim, memberi tanda untuk berhenti, ketika tiba di depan warung bensin. Kesannya, semua pada kenal Novi. Karena ketika Novi membuka helm, semua penghuni warung yang sedang asyik bercengkrama, ada yang merokok, ada yang minum-minum, langsung meledek Novi.

“Ehm... gandengan baru ni,” ceplos seorang teman Novi di warung itu. Tanpa basa-basi, Tim turut bergabung dalam keasyikan cewe-cewe berpenampilan menor itu. Perhatian pun beralih, ketika dari remangnya malam rumah yang seharian tak berpenghuni, keluar dua pasangan pria-wanita. Apa yang terjadi di balik rumah kosong itu? Rasa penasaran terjawab ketika Tim mengajak Novi masuk dalam keremangan malam, ke balik dinding-dinding pudar. Ternyata, di lantai rumah kosong tak berpenghuni itu, hanya beralaskan koran, terjadi transaksi seksual. Ada bercak-bercak tisu di ruangan berbau pengap itu, tapi semua tak peduli keadaan sekitar.

Menurut Novi, selain di hotel, salon, pesisir pantai, “ayam-ayam kampus” bergabung dengan wanita malam lainnya kerap nongkrong di warung-warung ‘multiguna’ tersebut. Bahkan kata Novi, tempatnya bukan hanya di warung itu saja. (tim/bersambung)

http://www.bangkapos.com/berita/493df7260f3b96e996d324fad8c63472/15045/baca/1/0/0/1/2008/November/02/0