Subscribe

Statistik Pengunjung

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Selasa, 29 April 2008

Pesta Rakyat Maras Taun Masyarakat Pulau Selat Nasik

Eksotisme Tradisi Urang Pulau

BANGKA POS -- Angin bertiup lembut menerpa sisi pagi nun jauh di sebuah daratan kecil bernama Pulau Selat Nasik. Mentari bersinar lembut menyengat tipis, menggerahkan sejuk senja yang perlahanlahan menghilang tertelan pagi. Puluhan burung camar dan elang terlihat sibuk hilir mudik mencari mangsa, melintasi biru laut di sekitaran pulau yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Belitung ini.

Laju perahu yang ditumpangi Bangka Pos Group pagi itu seolah terusik dengan lirih merdunya riak-riak dendang Melayu yang terdengar dari jarak yang cukup jauh. Tampak, deretan umbul-umbul berwarna-warni memenuhi sebuah lapang yang cukup luas tak jauh dari dermaga kecil di pulau itu.

Perahu yang ditumpangi harian ini melaju dengan cepat dan suara-suara pun semakin terdengar jelas. Tampak puluhan bangsal dan tenda sederhana memenuhi tanah lapang dimana warga pulau biasa berkumpul dan bercengkrama. Ratusan orang memadati setiap jengkal lapangan hingga suasana terasa penuh sesak.

Mulai dari tarian penyambut, tarian tumbuk lesung hingga acara pamungkas pun dipertunjukkan. Warga yang berkumpul di lokasi itu seolah tak menghiraukan terpaan angin dan teriknya mentari yang semakin tegak menyinari.

Masyarakat Pulau Selat Nasik, Kabupaten Belitung memang setiap tahun selalu mengagendakan pelaksanaan pesta rakyat ini. Bak gayung bersambut, Pemerintah Provinsi Babel dan Pemerintah Kabupaten Belitung pun memberikan respon positif gelaran akbar masyarakat pulau tersebut.

Bahkan Wakil Gubernur Babel Syamsudin Basari yang juga didampingi oleh Ketua DPRD Babel Munir Saleh serta unsur muspida menilai Maras Taun merupakan salah satu tradisi eksotik dari masyarakat Pulau Selat Nasik.

"Saya tahu benar apa dan bagaimana tradisi masyarakat pulau ini. Kakek saya dulu soalnya sempat menjabat kepala desa di daerah ini. Masyarakatnya memiliki tradisi dan budaya yang unik yang tentunya menawarkan berbagai kesan mendala bagi siapapun yang menyaksikannya, " kata Syamsudin, Minggu (27/4).

Ia melanjutkan, Pemprov Babel mendukung dan mengapresiasi dilaksanakannya gelaran tersebut. Menurutnya tradisi dan budaya lokal harus dijaga, dipertahankan, dan dijadikan sebagai suatu kebanggaan.

"Pelaksanaan Maras Taun ini dibantu juga oleh pemerintah dengan dana yang cukup besar. Acara ini pun dapat kita jadikan sebagai agenda promosi pariwisata menjelang Visit Babel Archi 2010. Saya berencana membawa tradisi ini ke kancah nasional suatu saat nanti," tutur Syamsudin.

Sementara Bupati Belitung Darmansyah Husen menambahkan pesta rakyat maras taun merupakan suatu momen berkumpulnya masyarakat dari berbagai penjuru Pulau Belitung. Selain ajang silaturahmi, hiburan, dan pelestarian budaya, Darmansyah menegaskan bahwa Pemkab Belitung berusaha untuk segencar mungkin mempromosikan segala aset yang dimiliki."Ada tiga item dalam penyelenggaraan maras taun ini. Ada unsur seni, tradisi dan budaya, serta rekreasi dan promosi. Semuanya kita maksimalkan. Untuk mencapai itemitem tersebut, saya sengaja mempromosikan melalui berbagai media. Baik media cetak maupun elektronik agar promosinya semakin terlihat," kata Darmansyah.

Hiburan Rakyat

Sementara Ketua Panitia Maras Taun Maryono menjelaskan pada dasarnya agenda budaya ini merupakan tradisi yang sudah dijalankan secara turun temurun. Walaupun beberapa tahun lalu sempat vakum, namun atas inisiatif sejumlah warga dan pemerintah, acara ini kembali digelar dan dijadikan agenda tahunan.

"Sebenarnya acara ini merupakan wujud syukur masyarakat SElat Nasik kepada sang Pencipta yang telah mengkaruniakan berbagai sumberdaya laut dan darat. Kalau di laut, nelayan kita bisa memperoleh berlimpah jenis ikan, maka di darat kita memiliki padi ladang yang berlimpah. Jadi dua unsur tersebut saling berimbang dan inilah yang disyukuri oleh masyarakat sejak dulu," jelas Maryono.

Ia menambahkan, rangkaian acara Maras Taun untuk kesempatan kali ini diselenggarakan selama tujuh hari tujuh malam dengan berbagai agenda dan beragam tradisi serta hiburan. Mulai dari mementaskan tarian lokal dengan melibatkan mudamudi hingga kaum tua, sampai mengundang artis ibu kota.

"Acara puncaknya adalah pemotongan lepat raksasa atau lepat besar untuk dibagikan kepada warga. Sebelumnya lepat besar tersebut telah dibacakan doa dan mantra. Selain itu, ada juga rebutan lepat. Ratusan warga berebut lepat sebagai bentuk simbol rezeki dan nikmat, serta ada berbagai pentas hiburan dan seni lainnya," jelas Maryono.

Kendati acara dilaksanakan di Pulau Selat Nasik, namun tak menyurutkan niat sejumlah warga Tanjung Pandan dan sekitarnya untuk datang dan menyaksikan secara langsung. Tak hanya itu, beberapa wisatawan lokal dari daerah lain pun terlihat antusias dan apresiatif menyaksikan tradisi eksotik dari Pulai Selat Nasik. (Rico Ariaputra)

Sumber : Harian Pagi Bangka Pos


Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

Powered by  MyPagerank.Net