Andrea Hirata : Kita Kaya Tapi Bodoh
ANDREA Hirata, beberapa belahan dunia mengenal nama ini. Karya sastra monumentalnya Laskar Pelangi mengangkat Andrea. Dia pun terasa makin dekat dengan Bangka Belitung.
Berkat Laskar Pelangi ini pula dunia luar makin jauh mengenal Pulau Belitong (bukan Belitung kata Andrea menyebut tanah kelahirannya).
Dibalik gemerlap segala hasil karya sastra dan intelektual itu terselip keprihatinan luar biasa Andrea terhadap nasib anakanak di Belitong, bahkan Bangka Belitung keseluruhan, yaitu masalah pendidikan.
Kepriahtian sekaligus motivasi agar anak-anak di Babel untuk bangkit dikemukakan saat Talk Show dengan Andera Hirata digelar Pemprov Babel di lantai III Kator Gubernur Babel, Senin (28/4).
Andrea di depan ratusan peserta, mayoritas adalah guru memulai talk shownya dengan membuka angkaangka kelulusan siswa SMA di Belitong yang setiap tahun cenderung naik. Hanya saja, untuk kelulusan di perguruan tinggi negeri (PTN) sungguh ironis. Kurun lima tahun terus menyurut. Untuk tahun 2007 lulusan SMA yang diterima di PTN hanya 45 orang. Tahun seblumnya 53 orang. Jumlah ini tak sampai 10 persen dari angka yang lulus.
"Apa arti angkaangka itu?" tanya Andrea dalam dilognya yang dipandu oleh Saman dari penerbit Mizan.
Setelah mendengar tiga jawaban dari peserta, Andrea mengulas jawaban itu, "Jumlah orang yang mampu mengirin anaknya untuk keperguruan tinggi bertambah, tapi yang lulus PTN kecil. Artinya masyarat kita makin kaya tapi makin bodoh. Ada jarak yang luar biasa atau gap," ujar Andrea.
Kemudian Andrea melanjutkan ceritanya, kondisi saat ini anakanak di Belitong bahkan juga Bangka yang sangat tergantung kepada para guru di sekolah mulai meningglkan itu. Dengan melimbang pasir timah, anakanak bisa lebih kaya ketimbang harus bersekolah.
Andera menggunakan teori pendidikan dari Daniel Kings dalam bukunya The Hole New Mind sebagai kerangka teori penelitianya di SMA 2 Tanjong Pandan dengan melihat aspek learing personal, learning family, learning society dan expectation yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan anakanak.
Ternyata learning famili, kata ANdrea dari lima anak sebagai sampel yang terendah sangat tidak medukung belajar anakanak. "Rumah di masyrakat kita tidak mengandung desain pendidikan. Rumah kita di Babel, ruang tamu besarbesar, sementara tempat belajar anakanak dekat WC dan dapur," tukan Andrea.
Parahnya lagi, anakanak belajar di depan televisi yang acaranya jauh dari mendidik."Televisi sangat tidak mendidik. Tak saja menghancurkan kebiasaan baca."
Tak saja persolan di kelaurga, masyarakat pun tak mendukung belajar anakanak. "Saya belum melihat pemerintah di Bangka Belitung benarbenar membuat terobosan kebijkan membangun suasana belajar di masyarakat," tukas Andrea.
Dia pun memperlihatkan tanyangan foto di sebuah daerah di Yogyakarta yang memajang iklan bertulis jam belajar anakanak 18.0020.30.
Lalu Andrea menunjukkan foto pintu masuk kampungnya di daerahh)Gantong. Temapak iklan sebuah produk minuman berdiri dan terawat. Sementara papan reklame milik pemerintah tentang pariwisaat di Belitung Timur suah nyaris ambruk.
"Begnilah kenyataannya. Saya bukan termasuk yang menolak komersialisasi tapi iklan reklame itu jauh dari upaya menciptkan suasa belajar di masyarakat. Kalau begini kita jadi Babilonia, kaya tapi bodoh," ujar Andrea.
Untuk urusan suasana belajar di masyarakat, Andrea menunggu gebrakan para pemegang otoritas di Babel ini. "Itu yang saja tunggu. Kebijakan itu akan terlihat sebagai mana saya contohkan pada iklan miras tadi," kata Andrea.
Laskar Pelangi in Action
Andrea tak sekedar prihatin. Bersama penerbit Mizan dan manajernya Bivi, Andrea mulai mendidik anak-anak di Belitong dengan program Laskar Pelangi ini Action. Dia telah menjaring 30 anak untuk mengikuti try out di Sampoerna Foundation. Dia pun sesekali melayani anak-anak untuk belajar di rumah.
Kegiatan ini berasal dari penghasilannya berupa royalti menulis tetralogi Laskar Pelangi mencapai Rp4 miliar. Dan honor acara talk show yang sudah 174 kali dilakukan sepanjang dua tahun ini.
"Honor saya memang mahal. Rp 35 juta per jam. Saya pun mendapatkan royalti dari menulis miliaran rupiah. Uang itu ada yang saya kembalikan untuk masyarakat di Babel dengan Laskar Pelangi in Action berupa kegiatan sosial dan pendidikan yang sudah saya mulai," kata Andrea.
Sebagai bagian dari bentuk pengabdian kepada Babel Andrea memberikan segala bentuk features Laskar Pelangi April 28, 2008 dengan engan cuma-cuma alias gratis.
Andrea juga menyayangkan pihak pemerintah Babel tidak memanfaatkan momentum kesusksesan Laskar Pelangi untuk kepentingan daerah. "Ada istilah nabi itu tidak diterima di kampung sendiri. Babel tidak memanfaatkan momentum Laskar Pelangi," ujar Andrea.
Beruntung Gubernur Babel melalui Kepala Bappeda Yan Megawandi memanfaatkan momentum itu dengan mendatangkan Andrea ke Babel. Sebelum memulai acara, Andrea bersama pihak manajer dan Mizan bertemu hampir satu jam dengan Gubernur Babel Eko Maulana Ali.
Pada kesempatan itu gubernur mengutarakan keinginanya Laskar Pelangi menajdi ikon Babel dengan nama Negeri Laskar Pelangi. Sebab kata Yan, gubernur terinsiparasi oleh buku Andrea dilamnya tentang figthing spirit anakanak yang tak mudah menyerah, percaya diri, dan ketulusan untuk berbuat seperti yang dilakukan guru Muslimah.
"Permintaan gubernur agar Babel menjadi Negeri Laskar Pelangi. Dan Andrea dengan Laskar Pelanginya bisa saja sebagai ikon. Masyarakat dan anakanak butuh ikon yang menjadi kebanggaan sekaligus inspirasi," kata Yan.
Laskar Pelangi sendiri mulai 25 Mei 2008 akan memulai pengambian gambar perdana untuk diangkat ke layar lebar. Riri Reza sebagai sutradara dan Mira Lesmana produser film tersebut. "Saya sudah baca 11 kali skenarionya, kalau pun meleset saya tak akan izinkan. Tentang peran tokoh dalam film meski saya tahu adalah tokoh lokal itu kewenangan produser dan sutradara," kata Andrea menutup percakapannya. (albana/zulkodri)
Sumber : Harian Pagi Bangka Pos
Comment Form under post in blogger/blogspot