Subscribe

Statistik Pengunjung

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Minggu, 23 Desember 2007

Surat Itu Berdasarkan Mimpi

Laporan Wartawan Bangka Pos Group, M Ismunadi

JAKARTA -- Kepala Deputi Bidang Gempa dan Tsunami BMG Pusat Suhardjono membenarkan adanya surat yang dikirimkan oleh Prof Jucelino Nobrega Da Luz, seorang ilmuwan asal Brasil. Dia juga menyebutkan kalau surat itu berisi ramalan akan terjadinya gempa di wilayah Sumatera pada hari ini, Minggu (23/12).

Meski demikian, Suhardjono menghimbau masyarakat untuk tidak takut atau panik. Pasalnya, ramalan itu dibuat Jucelino berdasarkan mimpi yang dialaminya. Tidak ada data ilmiah yang menunjukkan bahwa hal yang diramalkannya bakal terjadi. Selain itu Suhardjono juga memastikan bahwa Jucelino bukanlah seorang ahli seismologi atau ahli gempa.
"Dia memang seorang profesor tapi bukan seorang profesor Seismolog atau ahli gempa. Beliau kirim surat ke Kedutaan RI di Rio Dejenero Brazil, dari situ ke Deplu, diterima di Bakornas, dikabarkan juga sampai ke Gubernur. Sekarang coba kita baca, mungkin isinya benar tentang gempa dan yang lainnya. Tapi yang jelas tidak ada data pendukungnya. Yang lebih parah lagi sekarang, kalo bapak (wartawan-red) juga baca suratnya, kalimat pertama dalam surat itu adalah Didalam mimpi saya.... Artinya dalam surat itu didalam mimpi beliau di sumatera tanggal 23 mau ada gempa besar," ujar Suhardjono saat dihubungi Persda, Sabtu (22/12) malam.

Suhardjono mengatakan kalau berbicara soal ramalan, banyak ahli-ahli yang telah mengeluarkan asumsi-asumsi serupa. Tetapi, hingga kini belum ada ramalan-ramalan yang mendapatkan hasil yang bisa diterima secara ilmiah.

"Misalnya kita menggunakan metode statistik, itu biasnya masih terlalu besar. Yang muncul adalah probabilitas (kemungkinan), probabilitas di suatu tempat bisa dikatakan seratus persen misalnya dalam 200 tahun. Artinya, tingkat ketepatannya masih sulit." katanya.

Sementara itu, Suhardjono tidak memungkiri bahwa ada daerah di Indonesia yang rentan terhadap bencana. Kondisi, menurutnya, harus dipelajari sehingga bisa dilakukan langkah-langkah untuk meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

Pengalaman, lanjut Suhardjono, juga bisa dimanfaatkan sebagai pelajaran untuk siaga. Namun, dia menegaskan bahwa dengan sikap siaga bukan berarti kita harus takut. "Itu yang harus kita pahami. Kita siaga dalam arti kata bahwa di tempat kita itu ada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Tapi kita tidak perlu takut. Kita justru harus optimis bagaimana kita bisa survive," tegas Suhardjono yang menambahkan perlu dilatihnya sebuah skenario atau simulasi untuk meminimalisasi dampak terjadinya bencana.

Simulasi itu sendiri bukan berarti terus dilakukan dengan harapan bencana itu bakal terjadi. Suhardjono mencontohkan situasi ketika kita akan naik pesawat terbang. Sebelum take off, para pramugara selalu mempraktekkan caracara penyelamatan kalau seandainya terjadi kecelakan. Cara-cara itu terus dipraktekkan setiap kali pesawat akan diterbangkan.

"Apakah itu diharapkan kalau akan terjadi kecelakan? Kan tidak. Hal itu terus dipraktekkan untuk meminimalisasi akibat yang mungkin terjadi," tandasnya.

Sehubungan dengan upaya meminimalisasi dampak bencana, BMG ikutberperan aktif dengan menjadi pusat informasi. BMG memberikan informasi yang lalu diterjemahkan pihakpihak terkait untuk menyusun langkahlangkah antisipasi yang dibutuhkan.

"Di Bengkulu kita punya UPT yang menjadi salah satu sumber informasi. Lalu soal surat itu tidak usah lah diblow up (dibesar-besarkanred). Isunya benar, suratnya benar, tapi judulnya adalah didalam mimpi saya," pungkas Suhardjono. (*)


Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

Powered by  MyPagerank.Net