Wawancara Eksklusif dengan Yahuza (2-Habis)
Sakit Hati Dijanjikan PNS
YAHUZA boleh berbangga. Dia anak Negeri Serumpun Sebalai pertama peraih medali emas Sea Games. Sekaligus mencatat seajarah penting dunia olah raga Babel. Tapi kini dia tak lagi membela tanah kelahirannya. Yahuza memilih Provinsi Kalimantan Timur karena lebih menjamin masa depan sebagai seorang atlet. Yahuza bercerita banyak tentang kepindahanya dari Babel kepada Wartawan Bangka Pos Group, M Ismunadi, berikut petikannya :
Sekarang Anda tercatat sebagai atlet Kaltim, adakah keinginan untuk kembali ke Babel?
Keinginan untuk kembali ke Babel ada. Tapi sekarang ini saya ingin mengharumkan nama Kaltim di PON yang akan datang. Saya ingin menyumbangkan emas untuk Kaltim.
Kenapa Anda memilih pindah ke Kaltim?
Semua itu bermula pada permasalahan pekerjaan. Awalnya itu sekitar tahun 2004 dimana saya ingin bekerja sebagai PNS. Waktu itu setidaknya honorer lah sampai mungkin bisa diangkat. Tapi, hal itu ditolak Gubernur Babel yang katannya saya ikut tes CPNS saja karena yang menentukan adalah pusat.
Saya mulai sakit hati setelah pada waktu itu pertama gagal PNS, saya ingin bertemu dengan Gubernur tapi beliau selalu menghindar. Bahkan ketika bertemu dan saya tegur, beliau tidak memberikan respon sama sekali.
YAHUZA boleh berbangga. Dia anak Negeri Serumpun Sebalai pertama peraih medali emas Sea Games. Sekaligus mencatat seajarah penting dunia olah raga Babel. Tapi kini dia tak lagi membela tanah kelahirannya. Yahuza memilih Provinsi Kalimantan Timur karena lebih menjamin masa depan sebagai seorang atlet. Yahuza bercerita banyak tentang kepindahanya dari Babel kepada Wartawan Bangka Pos Group, M Ismunadi, berikut petikannya :
Sekarang Anda tercatat sebagai atlet Kaltim, adakah keinginan untuk kembali ke Babel?
Keinginan untuk kembali ke Babel ada. Tapi sekarang ini saya ingin mengharumkan nama Kaltim di PON yang akan datang. Saya ingin menyumbangkan emas untuk Kaltim.
Kenapa Anda memilih pindah ke Kaltim?
Semua itu bermula pada permasalahan pekerjaan. Awalnya itu sekitar tahun 2004 dimana saya ingin bekerja sebagai PNS. Waktu itu setidaknya honorer lah sampai mungkin bisa diangkat. Tapi, hal itu ditolak Gubernur Babel yang katannya saya ikut tes CPNS saja karena yang menentukan adalah pusat.
Saya mulai sakit hati setelah pada waktu itu pertama gagal PNS, saya ingin bertemu dengan Gubernur tapi beliau selalu menghindar. Bahkan ketika bertemu dan saya tegur, beliau tidak memberikan respon sama sekali.
Lalu?
Tidak lama setelah itu, sekitar awal 2005, saya mendapat tawaran dari Kaltim. Dengan dijanjikan pekerjaan, uang bulanan, dan yang lainnya. Akhirnya setelah pikir-pikir, mengingat pembinaan dari Babel saja tidak ada apalagi pekerjaan, saya terima tawaran dari Kaltim itu. Saya resmi pindah sekitar awal 2006.
Ada kabar KONI Babel ingin mempertahankan anda?
Ya. Saya dengar kabar itu dari pelatih saya dulu yaitu Pak Bujang. Katanya KONI Babel ingin mempertahankan saya dengan alasan Kaltim belum membayar uang pengganti terkait kepindahaan saya.
Tapi saya tadi sudah telpon ke Kaltim dan katanya mereka akan ke Babel dalam minggu-minggu ini untuk menyelesaikan masalah itu.
Bagaimana sebenarnya proses kepindahan anda?
Pada waktu itu, KONI Babel mau melepas saya dan seorang teman saya dengan uang pengganti sebesar Rp 300 juta. Lalu lewat perundingan akhirnya disepakati uang pengganti sebesar Rp 100 juta dan KONI Babel setuju dan sudah mengirim surat.
Sekarang ini uang pengganti itu memang belum dibayar tapi bukan karena KONI Kaltim tidak ingin bayar. Untuk mengeluarkan uang itu kan butuh perincian untuk apa saja. Dan seperti tadi saya bilang, minggu-minggu ini akan diselesaikan.
Jadi pada prinsipnya, kepindahan anda sudah resmi?
Ya, sudah resmi.
Apa harapan anda kedepan?
Saya memang berencana untuk tidak selamanya di Atletik. Karena itu dari kemarin-kemarin saya rajin menabung. Uang-uang bonus saya sisihkan untuk nanti rencananya mau buka usaha sendiri.
Soal istri bagaimana, apakah bakal diboyong ke Kaltim?
Untuk sekarang ini, istri mungkin akan tetap di Bangka. Karena selama ini saya juga lebih banyak di Pangalengan untuk latihan. Kalau pun istri dibawa ke sana, kasihan dia nanti kalau bosan. Karena kegiatan kita di sana cuma latihan, istirahat, dan latihan lagi.
Ada pesan untuk Babel?
Saya berharap pembinaan olahraga di Babel bisa lebih maju. Pemerintah daerah harus lebih memperhatikan atlet-atletnya. Karena susah untuk menciptakan atlet-atlet itu. Silahkan tanyakan kepada Pak Bujang kalau anda tidak percaya.
Lalu soal pembinaan, jangan hanya latihan saja terus. Tapi juga keluar daerah untuk ikut-ikut pertandingan. Percuma kalau kita cuma latihan terus tanpa ada pertandingan. Itu sama saja seperti katak dalam tempurung. (*)
Comment Form under post in blogger/blogspot