Kantong Canigiya Pun Penuh Uang Sawera
* Ketika Anak Tuna Netra Nyanyi di Hadapan Pejabat
CANIGIYA (17) duduk termenung di deretan kedua kursi ruang pertemuan IAIN Raden Fatah Palembang, Kamis (24/2) siang. Tangannya menggenggam kantong kresek hitam penuh lembaran uang saweran.
Kemarin dihelat acara peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPC)Sumsel. Rangkaian acara seremonial digelar, mulai dari sambutan Gubernur Sumsel, penyerahan piagam dan hadiah, serta acara hiburan pantun bersahut dan tari-tarian.
Di penghujung acara, MC memanggil pemilik nama Canigiya dari Panti Rehabilitasi Cacat Netra Palembang untuk menyanyi di panggung. Seorang anak, mengenakan seragam SMP putih biru, muncul dari deretan kiri kursi undangan. Ia melangkah perlahan dituntun gurunya.
Tidak terlihat mimik grogi di wajahnya. Canigiya berdiri tegap memegang mikrofon. Pejabat Pemrov Sumsel dan ribuan tamu undangan pun bersikap biasa saja. Suasana hening itu pecah ketika punggawa band Bank Sumsel mulai memetik senar gitar. Canigiya mulai melantunkan satu tembang milik Slank berjudul "Ku tak Bisa".
Tak disangka. Suara Canigiya begitu enak didengar. Lirik demi lirik lagu dinyanyikannya dengan sempurna. Suara emasnya memesona tamu undangan yang kemudian ikut bernyanyi bersama sembari melambaikan tangan di atas kepala.
CANIGIYA (17) duduk termenung di deretan kedua kursi ruang pertemuan IAIN Raden Fatah Palembang, Kamis (24/2) siang. Tangannya menggenggam kantong kresek hitam penuh lembaran uang saweran.
Kemarin dihelat acara peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPC)Sumsel. Rangkaian acara seremonial digelar, mulai dari sambutan Gubernur Sumsel, penyerahan piagam dan hadiah, serta acara hiburan pantun bersahut dan tari-tarian.
Di penghujung acara, MC memanggil pemilik nama Canigiya dari Panti Rehabilitasi Cacat Netra Palembang untuk menyanyi di panggung. Seorang anak, mengenakan seragam SMP putih biru, muncul dari deretan kiri kursi undangan. Ia melangkah perlahan dituntun gurunya.
Tidak terlihat mimik grogi di wajahnya. Canigiya berdiri tegap memegang mikrofon. Pejabat Pemrov Sumsel dan ribuan tamu undangan pun bersikap biasa saja. Suasana hening itu pecah ketika punggawa band Bank Sumsel mulai memetik senar gitar. Canigiya mulai melantunkan satu tembang milik Slank berjudul "Ku tak Bisa".
Tak disangka. Suara Canigiya begitu enak didengar. Lirik demi lirik lagu dinyanyikannya dengan sempurna. Suara emasnya memesona tamu undangan yang kemudian ikut bernyanyi bersama sembari melambaikan tangan di atas kepala.
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba belasan tamu undangan dan diikuti para pejabat merangsek ke panggung menyelipkan lembaran uang ke kantong baju Canigiya. Aksi sosial itu terus berlangsung hingga Canigiya mengakhiri lagunya. Suasana berubah meriah.
Kantong baju dan dua kantong di kiri dan kanan celananya penuh lembaran uang mulai dari Rp 1.000 sampai Rp 50 ribu. Canigiya masih tatap tanpa ekspresi. Merasa kurang puas, hadirin meminta ia menyanyi lagi.
"Bagaimana, Canigiya. Kamu bisa menyanyi lagi," kata MC yang disambut anggukkan kepala Canigiya. Bocah penyandang tuna netra sejak lahir itu pun membisiki gurunya. Ternyata ia menggeber lagu "Akhirnya Ku Menemukanmu" milik Naff.
Lagi-lagi hidirin terpukau. Saweran berlanjut, hingga panitia harus mencarikan satu kantong kresek hitam untuk menampung uang itu. Aksi sosial itu membuat belasan penyandang cacat lainnya terharu dan menitikkan air mata. Ternyata rasa kesetiakawanan itu masih ada.
Dan lebih dari itu, Canigiya berhasil membuktikan bahwa cacat tuna netra yang disandang sejak lahir tidak menghalangi kreativitasnya. "Di sekolah ada alat band, saya biasa nyanyi sama teman-teman. Kata Bu Guru saya diberi banyak uang, terima kasih," kata Canigiya saat dihampiri usai menyanyi.
Ia berencana mengirimkan uang itu pada orangtuanya di Inderalaya, Ogan Ilir. Canigiya masuk panti pehabilitasi sejak usia 10 tahun dan saat ini tercatat sebagai siswa kelas 1 SMP Swasta di Kenten.
Dalam kata sambutannya, Gubernur Sumsel, H Syahrial Oesman melalui Kepala Dinas Kesejahteraaan Sosial (Kessos) Sumsel, H Fadjri Nashir B mangajak masyarakat untuk menggali nilai kesetiawakanan sosial dan mengimplementasikan nya dalam kehidupan sehari-hari.
"Kebersamaan lebih kuat dari keberagaman karateristik. Rasa senasib sepenanggungan inilah yang melahirkan Bangsa Indonesia yang merdeka," kata Fadjri Nashir.
Hadir dalam acara peringatan HKSN dan HIPC Sumsel kemarin unsur muspida Sumsel, organisasi sosial, anak-anak panti cacat, Tagana Sumsel, dan Karang Taruna Palembang. Peringatan diisi dengan bakti sosial sunatan massal, pemberian bantuan pada penyandang cacat, dan di luar gedung digelar pameran kerajinan khas Sumsel. (Sriwijaya Post/Aang Hamdani)
Comment Form under post in blogger/blogspot