Guru, Tirulah Bu Muslimah!

Terkait tokoh yang diceritakan dalam film dan novel laris Laskar Pelangi karya putra Belitung Andrea Hirata itu, SBY berpesan agar para guru meniru mental dan kreasi Bu Muslimah. Guru yang saat ini mengajar di SDN N 6 Gantong, Kabupaten Belitung, itu juga dianggap sebagai inspirator bagi Andrea Hirata.
“Jadilah bapak-bapak dan ibu-ibu menjadi Ibu Muslimah yang lain dengan banyak inisiatif, bermental baja untuk memberi semangat kepada murid-muridnya,” kata SBY saat memberikan sambutan di acara puncak peringatan Hari Guru Nasional dan HUT Ke63 PGRI di Stadion Tennis Indoor, Jakarta, Selasa (2/12) pagi.
Mendengar pernyataan tersebut,
Bu Muslimah mengaku bangga sekaligus kaget. Dia merasa bangga karena telah menerima penghargaan Satyalencana Pendidikan. Dan kaget tatkala mendengar pesan SBY. Namun dengan tetap rendah hati Bu Muslimah mengatakan kalau dirinya hanya seorang guru yang berusaha membuat anakanak didiknya pintar dan pandai.
“Banyak guruguru lain yang bisa ditiru. Saya mohon maaf kepada guruguru yang lain. Kalau memang ada yang bisa ditiru dan dicontoh, ya silahkan saja. Saya tidak mengharapkan halhal yang berlebihan,” ujar Bu Muslimah seraya mengaku dirinya pun masih banyak memiliki kekurangan. “Ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa bagi saya,” tegasnya.
Bu Muslimah mengatakan dia tidak pernah bermimpi mendapatkanh)penghargaan Satyalencana Pendidikan. Penganugerahan itu pun diketahuinya sekitar dua minggu lalu lewat sebuah surat dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
Dalam surat tersebut, Bu Muslimah terlebih dahulu diminta mengirimkan sejumlah data. Karena tidak pernah menyangka bakal mendapat penghargaan, Bu Muslimah mengaku sempat bingung.
“Karena ini kan bukan hal yang sembarangan. Tapi kemudian saya berusaha memenuhi datadata yang diminta. Dan itu semua sudah saya kirim dua hari lalu,” tutur Bu Muslimah.
Ke depan, Bu Muslimah mengaku akan berbuat lebih baik untuk dunia pendidikan tanah air, khususnya di tempat dia mengajar. Guru yang sebelumnya mengajar di SD Muhammadiyah Belitung itu juga mengajak seluruh guru di Indonesia untuk melakukan yang sama. “Mari kita berjuang semaksimal mungkin dengan hati,” imbuhnya. (Persda Network/mun/ade)
“Banyak guruguru lain yang bisa ditiru. Saya mohon maaf kepada guruguru yang lain. Kalau memang ada yang bisa ditiru dan dicontoh, ya silahkan saja. Saya tidak mengharapkan halhal yang berlebihan,” ujar Bu Muslimah seraya mengaku dirinya pun masih banyak memiliki kekurangan. “Ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa bagi saya,” tegasnya.
Bu Muslimah mengatakan dia tidak pernah bermimpi mendapatkanh)penghargaan Satyalencana Pendidikan. Penganugerahan itu pun diketahuinya sekitar dua minggu lalu lewat sebuah surat dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
Dalam surat tersebut, Bu Muslimah terlebih dahulu diminta mengirimkan sejumlah data. Karena tidak pernah menyangka bakal mendapat penghargaan, Bu Muslimah mengaku sempat bingung.
“Karena ini kan bukan hal yang sembarangan. Tapi kemudian saya berusaha memenuhi datadata yang diminta. Dan itu semua sudah saya kirim dua hari lalu,” tutur Bu Muslimah.
Ke depan, Bu Muslimah mengaku akan berbuat lebih baik untuk dunia pendidikan tanah air, khususnya di tempat dia mengajar. Guru yang sebelumnya mengajar di SD Muhammadiyah Belitung itu juga mengajak seluruh guru di Indonesia untuk melakukan yang sama. “Mari kita berjuang semaksimal mungkin dengan hati,” imbuhnya. (Persda Network/mun/ade)
——————————————–
Berbuat, Tulus, dan Ikhlas
NOVEL Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang kemudian diangkat ke layar lebar mengingatkan semua pihak tentang peran penting seorang guru. Banyak hikmah yang bisa diambil dalam film ini, terutama bagi para guru maupun pelajar, untuk dapat dijadikan cermin dalam memajukan dunia pendidikan.
Ibu Muslimah yang dalam film Laskar Pelangi diperankan Cut Mini pun digambarkan sebagai guru yang tidak banyak menuntut, tulus ikhlas dalam mendidik dan membina muridmuridnya di tengah segala keterbatasan materi. Wartawan Bangka Pos Group Rusmiadi beberapa waktu lalu sempat berbincangbincang dengan Ibu Muslimah tentang guru dan pendidikan, berikut beberapa cuplikannya.
Dalam film maupun novelnya, Ibu digambarkan memiliki keistimewaan sebagai seorang pendidik?
Sebenarnya saya ini biasa aja. Kadangkadang orangorang menganggap saya yang menurut saya terlalu berlebihan. Sebetulnya saya ini biasa saja, tidak terlalu istimewa. Mungkin ada guruguru yang lebih istimewa, namun mereka tidak terangkat. Mungkin kita harus berusaha mencari pelopor yang barangkali tenggelam padahal pelopor ini punya jasa yang luar biasa bagi kita semua.
Apa pesan Ibu kepada rekan sesama guru?
Terus terang kalau saya dulu tidak pikirkan masalah gaji, karena hanya berharap anak didik dapat menjadi pintar. Saya sebagai guru dan pimpinan sekolah SD Muhammadiyah waktu itu, kalau ada dana diberikan untuk teman guru lain. Untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri, saya peroleh dari hasil menjahit di rumah dan orangtua masih ada. Jadi waktu itu tidak pernah memikirkan gaji. Saat ini juga seperti itu, kalau gajian diterima langsung tanpa harus dihitung karena saya anggap sudah cukup, tidak mikir gaji harus sekian. Terus terang bagi saya rezeki itu datangnya dari Allah SWT, cukup tidak cukup gaji yang ada di dalam amplop tetap saya terima, berkahnya dari Allah. Mudahmudahan tidak tersinggung ya guru sekarang.
Pesan saya jangan hanya memikirkan banyaknya gaji yang diterima, tapi banyak dulu berbuat mengajar, membina sebagai pendidik. Masalah gaji banyak tidaknya tergantung berkah Yang Maha Kuasa. Jadi walaupun sampai lima juta kita terima gaji di dalam amplop, kalau tidak berbuat mendidik dan membina anakanak denganh)tulus ikhlas, gaji sebesar itu tidak akan cukup dan tidak berkah. Guru ke depan diharapkan lebih banyak berbuat dulu dengan tulus ikhlas. Masalah gaji, Yang Maha Kuasa yang menentukan. Gaji besar tapi tidak berbuat, tidak akan berkah.
Masukan yang ingin disampaikan kepada guru?
Kalau ada yang salah mohon jangan tersinggung, tapi tolong dipikirkan. Guru sekarang sudah banyak berbuat, namun mungkin karena tuntutan juga terlalu banyak, terutama berkaitan administrasi yang harus dikelola dan dikerjakan guru seperti membuat rencana kerja dan lainnya, sehingga pembinaan terhadap anakanak menjadi tergeser. Tuntutan administrasi seperti ini membuat waktu guru banyak tersita. Konsentrasi guru pun bercabang. Selain mendidik anak, guru dibebani dengan aministrasi tersebut. Kita harapkan ke depan tidak terlalu banyak hal yang bersifat administrasi dibebankan pada guru.
Yang dituntut itu bagaimana guru ini harus kreatif dalam mengajar di kelas. Tapi ini harus menulis, membuat rencana yang hanya teori. Yang penting itu kreativitas guru dalam mengajar. Guru ini manusia yang juga menginginkan bisa berkumpul bersama keluarga, istirahat.
Bagaimana Ibu menyikapi perkembangan dunia pendidikan seperti ini?
Saya juga bingung. Mana yang harus didahulukan. Tapi saya lebih fokus pembinaan kepada anakanak di kelas. Biarlah administrasi kurang. Masalah nilai ujian nasional masih di bawah 50 persen, saya juga bertanya dimana letak kesalahannya. Pendidikan sekarang apakah terlampau ditekankan dengan pengelolaan administrasi sehingga guru tidak dapat kreatif dalam mengjar di kelas.
Bagaimana kesan Ibu terhadap guru pada masa sekarang?
Saya minta maaf sebelumnya. Saya pernah bilang profesi guru ini jangan hanya jadi pelarian untuk cari pekerjaan. Hal ini tidak dipungkiri kenyataan seperti itu. Banyak sarjana yang bukan berpendidikan guru lalu bisa jadi guru sering mengalami kesulitan dalam memberikan materi pelajaran di kelas karena tidak punya ijazah pendidikan. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran kepada anak didiknya, namun juga harus memahami jiwa anakanak.
Pesan kepada anakanak para pelajar?
Tolong pelajar SD, SMP, SMA saat nonton film Laskar Pelangi jangan hanya dilihat tampilannya tapi diambil hikmahnya. Misalnya, orang dulu sekolahnya seperti itu, pakaian apa adanya, sekolahnya seperti itu, fasilitasnya kurang, tapi ada yang bisa sekolah sampai Prancis. Saya berharap anakanak sadar pendidikan. Anakanak Laskar Pelangi dulu sekolah di dalam ruang kelas yang berbau kotoran kambing. Sekarang ruang kelas tempat anakanak belajar sudah wangi karena diberi pewangi ruangan dan segar. Kalau sudah segar, fasilitasnya cukup, belajar pun segar. Mudahmudahan otaknya juga segar. Jadi belajarlah dengan baik kejarlah ilmu setinggitingginya. (*)
NOVEL Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang kemudian diangkat ke layar lebar mengingatkan semua pihak tentang peran penting seorang guru. Banyak hikmah yang bisa diambil dalam film ini, terutama bagi para guru maupun pelajar, untuk dapat dijadikan cermin dalam memajukan dunia pendidikan.
Ibu Muslimah yang dalam film Laskar Pelangi diperankan Cut Mini pun digambarkan sebagai guru yang tidak banyak menuntut, tulus ikhlas dalam mendidik dan membina muridmuridnya di tengah segala keterbatasan materi. Wartawan Bangka Pos Group Rusmiadi beberapa waktu lalu sempat berbincangbincang dengan Ibu Muslimah tentang guru dan pendidikan, berikut beberapa cuplikannya.
Dalam film maupun novelnya, Ibu digambarkan memiliki keistimewaan sebagai seorang pendidik?
Sebenarnya saya ini biasa aja. Kadangkadang orangorang menganggap saya yang menurut saya terlalu berlebihan. Sebetulnya saya ini biasa saja, tidak terlalu istimewa. Mungkin ada guruguru yang lebih istimewa, namun mereka tidak terangkat. Mungkin kita harus berusaha mencari pelopor yang barangkali tenggelam padahal pelopor ini punya jasa yang luar biasa bagi kita semua.
Apa pesan Ibu kepada rekan sesama guru?
Terus terang kalau saya dulu tidak pikirkan masalah gaji, karena hanya berharap anak didik dapat menjadi pintar. Saya sebagai guru dan pimpinan sekolah SD Muhammadiyah waktu itu, kalau ada dana diberikan untuk teman guru lain. Untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri, saya peroleh dari hasil menjahit di rumah dan orangtua masih ada. Jadi waktu itu tidak pernah memikirkan gaji. Saat ini juga seperti itu, kalau gajian diterima langsung tanpa harus dihitung karena saya anggap sudah cukup, tidak mikir gaji harus sekian. Terus terang bagi saya rezeki itu datangnya dari Allah SWT, cukup tidak cukup gaji yang ada di dalam amplop tetap saya terima, berkahnya dari Allah. Mudahmudahan tidak tersinggung ya guru sekarang.
Pesan saya jangan hanya memikirkan banyaknya gaji yang diterima, tapi banyak dulu berbuat mengajar, membina sebagai pendidik. Masalah gaji banyak tidaknya tergantung berkah Yang Maha Kuasa. Jadi walaupun sampai lima juta kita terima gaji di dalam amplop, kalau tidak berbuat mendidik dan membina anakanak denganh)tulus ikhlas, gaji sebesar itu tidak akan cukup dan tidak berkah. Guru ke depan diharapkan lebih banyak berbuat dulu dengan tulus ikhlas. Masalah gaji, Yang Maha Kuasa yang menentukan. Gaji besar tapi tidak berbuat, tidak akan berkah.
Masukan yang ingin disampaikan kepada guru?
Kalau ada yang salah mohon jangan tersinggung, tapi tolong dipikirkan. Guru sekarang sudah banyak berbuat, namun mungkin karena tuntutan juga terlalu banyak, terutama berkaitan administrasi yang harus dikelola dan dikerjakan guru seperti membuat rencana kerja dan lainnya, sehingga pembinaan terhadap anakanak menjadi tergeser. Tuntutan administrasi seperti ini membuat waktu guru banyak tersita. Konsentrasi guru pun bercabang. Selain mendidik anak, guru dibebani dengan aministrasi tersebut. Kita harapkan ke depan tidak terlalu banyak hal yang bersifat administrasi dibebankan pada guru.
Yang dituntut itu bagaimana guru ini harus kreatif dalam mengajar di kelas. Tapi ini harus menulis, membuat rencana yang hanya teori. Yang penting itu kreativitas guru dalam mengajar. Guru ini manusia yang juga menginginkan bisa berkumpul bersama keluarga, istirahat.
Bagaimana Ibu menyikapi perkembangan dunia pendidikan seperti ini?
Saya juga bingung. Mana yang harus didahulukan. Tapi saya lebih fokus pembinaan kepada anakanak di kelas. Biarlah administrasi kurang. Masalah nilai ujian nasional masih di bawah 50 persen, saya juga bertanya dimana letak kesalahannya. Pendidikan sekarang apakah terlampau ditekankan dengan pengelolaan administrasi sehingga guru tidak dapat kreatif dalam mengjar di kelas.
Bagaimana kesan Ibu terhadap guru pada masa sekarang?
Saya minta maaf sebelumnya. Saya pernah bilang profesi guru ini jangan hanya jadi pelarian untuk cari pekerjaan. Hal ini tidak dipungkiri kenyataan seperti itu. Banyak sarjana yang bukan berpendidikan guru lalu bisa jadi guru sering mengalami kesulitan dalam memberikan materi pelajaran di kelas karena tidak punya ijazah pendidikan. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran kepada anak didiknya, namun juga harus memahami jiwa anakanak.
Pesan kepada anakanak para pelajar?
Tolong pelajar SD, SMP, SMA saat nonton film Laskar Pelangi jangan hanya dilihat tampilannya tapi diambil hikmahnya. Misalnya, orang dulu sekolahnya seperti itu, pakaian apa adanya, sekolahnya seperti itu, fasilitasnya kurang, tapi ada yang bisa sekolah sampai Prancis. Saya berharap anakanak sadar pendidikan. Anakanak Laskar Pelangi dulu sekolah di dalam ruang kelas yang berbau kotoran kambing. Sekarang ruang kelas tempat anakanak belajar sudah wangi karena diberi pewangi ruangan dan segar. Kalau sudah segar, fasilitasnya cukup, belajar pun segar. Mudahmudahan otaknya juga segar. Jadi belajarlah dengan baik kejarlah ilmu setinggitingginya. (*)
Biodata:
Nama : Muslimah
Tempat Tanggal Lahir: 27 Februari 1952
Karir guru :
* SD Muhammdiyah Gantong 1 Januari 1973 1 Juli 1986
* SD Negeri 1 Desa Lintang Kecamatan Gantung 1986 1989
* SD Negeri 6 Gantung, Desa Gantung Kecamatan Gantung 1989 sampai sekarang
Sumber : Harian Pagi Bangka Pos, edisi Rabu, 3 Desember 2008 (www.bangkapos.com)
Comment Form under post in blogger/blogspot